Jumat, 23 Maret 2012

SevenSpecial Buku Satu, The Warriors (4)


On the road
19 February, 11.14


            Esok paginya, dengan mobil, Arya ditemani Endra dan Prima pergi ke rumah Sayu. Prima yang menyetir, karena Arya dan Endra tidak bisa melakukannya ‘dengan baik’. Dalam perjalanan Endra yang duduk di kursi belakang sempat menanyakan kabar hubungan Arya dengan Rani pada Arya yang duduk di depannya
“Baik-baik saja. Kami mempunyai banyak persamaan, jadi ngobrolnya bisa nyambung. Tapi menurutku dia agak sedikit sensitif.”jawab Arya
“Sensitif? Dalam hal apa?” tanya Endra lagi
“Pernah aku menerima telepon dari adikmu, yang cewek itu, saat dia ada disampingku. Kamu kan tau aku dan adikmu seperti apa ngobrolnya, pura-pura mesra gitu. Selama aku menelpon dan sampai aku selesai, kulihat wajahnya agak cemberut.”
Prima berteriak gembira dan mengatakan bahwa itu adalah tanda-tanda cinta.
Jadiin pacar aja Ar!”katanya
“Selesai kasus ini, Prim. Aku akan memintanya jadi pacarku.”kata Arya
            Lima menit kemudian mereka sampai di rumah Sayu. Sebuah rumah dengan model Bali yang sangat asri. Ada pohon mangga yang cukup rindang di tengah pekarangan rumah itu, yang membuat udara terasa lebih sejuk. Sayu ternyata hobi berkebun, karena terlihat ada beberapa pot anggrek yang sedang berbunga dengan indahnya di salah satu sudut halaman. Rumah itu terasa sepi karena Sayu hanya tinggal berdua dengan adik laki-lakinya, yang saat itu tentu sedang sekolah. Kedua orang tuanya tinggal di Singaraja.
Sayu menyambut ketiga rekannya di pintu rumah dan mempersilakan mereka masuk ke ruang tamu.


Rumah Sayu
19 February, 11.29


“Sayu melanjutkan yang kemarin, aku ingin kamu membuatkan sesuatu untuk mendukung kampanye perang kita,”kata Arya setelah mereka duduk di ruang tamu,”kudengar kamu pintar menjahit, betul? nah aku ingin kamu mengkamuflasekan jas ini untuk kami.”
Arya mengeluarkan  dua buah jas berwarna biru muda dari ranselnya. Dua jas itu adalah benda yang diminta Arya dari Endra dan Prima kemarin. Setelah membentangkannya diatas meja, dia melanjutkan lagi,
“ini adalah jas Marjoram milik Supra yang dipinjamkan oleh Prima. yang disebelah kanan ini adalah jas milik Endra waktu dia kursus dulu. Seperti yang Sayu lihat, warnanya sama hanya beda di emblem saja. Tolong Sayu gantikan emblem jas Endra ini dengan emblem Marjoram sehingga akan terlihat sama. Ini emblemnya. Satu lagi, jangan lupa untuk membuatkan kantong di bagian dalam jasnya. Kira-kira sepanjang dua jengkal, agar bendera Kmers itu muat disana. Jelas Sayu?”
“Jelas. Tapi siapa yang akan memakai jas Supra ini? Kalian tidak mungkin menyuruhnya untuk ikut beraksi secara frontal kan?”kata Sayu
Arya menjawab kalau dia yang akan memakai jas itu, karena kebetulan ukurannya cukup besar dan muat ditubuhnya.
“Ok beres. Sayu, kami tunggu hasilnya besok di klub, ya. Sekarang kami pamit dulu”kata Arya sambil beranjak dari duduknya, diikuti ketiga temannya.
“Baiklah, sampai jumpa.”kata Sayu. Dia lalu mengantar ketiga tamunya sampai di pintu depan.
            Sebelum mobil meluncur pergi . . .
“Besok kita bertemu di klub lagi, sekitar jam tujuh malam.”kata Arya sambil mengencangkan sabuk pengamannya.
“Bagaimana sebenarnya rencanamu? Bisa kau jelaskan sedikit?”tanya Endra penasaran.
Arya memutar duduknya kebelakang dan berkata,
Everything is planned, my fren. Dan agar semua rencana berjalan dengan baik, hanya sang perencana yang boleh tahu. Mohon maaf untukmu.”kata Arya sambil tersenyum.
Endra dan Prima hanya bisa mengangkat bahu.
“Mau kemana kita sekarang?”tanya Prima.
“Kembali ke rutinitas semula. Bisnis!!”teriak Arya dengan gembira, “ayo jalan Prim!”
Endra hanya mengeleng-gelengkan kepalanya,
“Bisnis Rani”gumamnya dari jok belakang. Prima yang mendengar itu, tertawa kecil.
Dan mobilpun meluncur pergi. . .